Jakarta - Risiko pembajakan mengintai perusahaan software mengingat cukup tingginya angka pembajakan software di Tanah Air. Namun Andal Software, mengaku tak khawatir. Apa sebabnya?
"Ketika main di segmen enterprise, kami tidak khawatir dengan pembajakan. Karena mindset mereka sangat aware dengan security. Mereka hanya berpikir bagaimana mendapat support yang baik, bagaimana long term-nya, mereka lebih ke arah itu," kata Direktur Andal Software Indra Sosrodjojo.
Dibandingkan dengan segmen di bawahnya, disebutkan Indra, hal utama yang lebih ditanyakan adalah soal harga. Wajar, mengingat mereka rata-rata berupaya menekan biaya.
"Tapi di era cloud seperti sekarang, seharusnya sudah minim pembajakan," ujarnya saat ditemui dalam media gathering di Din Tai Fung, Plaza Indonesia, Jakarta, Kamis (11/4/2013).
Mengenai pembajakan software, Februari silam, Dirjen Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM, Ahmad Ramli, menilai pembajakan software komputer di Indonesia tak sebesar yang ditudingkan asing. Menurutnya, angka 87% pembajakan masih bisa diperdebatkan. Bahkan ia menilai, angkanya tak lebih dari 30%-40%.
"Untuk program komputer, mereka bilang kita 87% pembajakannya. Angka 87% itu masih sangat debatable. Kalau mau jujur, apa industri perbankan mau pakai software bajakan? Mereka pasti takut crash, dan itu akan merugikan mereka sendiri," kata Ramli kala itu.
(rns/fyk)